pelopor fasisme di jepang adalah
Pelopordan tokoh ideologi fasisme adalah Nazisme Hitler (dengan bukunya Mein Kampft) dan Mussolini (dengan Doktrine of Fascism). Sejarah Fasisme. Gerakan fasisme pertama yang tercatat dalam sejarah mungkin adalah gerakan politik penindasan yang berkembang di italia setelah tahun 1919.
Jepang(1930-an) sedikit banyak telah mengadopsi paham fasisme yang ditandai dengan adanya perubahan kearah lembaga-lembaga yang totaliter. Sementara di Amerika Selatan, Argentina dan Chili juga sempat mengadopsi paham tersebut. Perkembangan Fasisme Fasisme kembali muncul dan eksis setelah Italia mengalami krisis ekonomi pasca perang dunia pertama.
Apakahkamu lagi mencari jawaban dari pertanyaan Pelopor fasisme di negara Jepang adalah? Berikut pilihan jawabannya: Kaisar Hirohito Jenderal Hitoshi Imamura Perdana Menteri Hideki Tojo Perdana Menteri Koiso Kunci Jawabannya adalah: A. Kaisar Hirohito. Dilansir dari Ensiklopedia, Pelopor fasisme di negara Jepang adalahpelopor fasisme di negara jepang adalah Kaisar Hirohito.
Fasismeadalah paham atau konsep yang berdasarkan prinsip kepemimpinan dengan otoritas yang mutlak/absolut di mana perintah pemimpin dan kepatuhan berlaku tanpa pengecualian. Kemunculan konsep fasisme di Jepang dipelopori oleh Perdana Menteri Tanaka, pada masa pemerintahan Kaisar Hirohito dan dikembangkan oleh Perdana Menteri Hideki Tojo.
Negarayang pernah menganut paham fasisme saat perang dunia 1 dan 2, antara lain: Italia, Jerman, Spanyol, dan Jepang. A. Tujuan Fasisme Fasisme lahir dari sebuah system politik yang mana kaum-kaum penganutnya memiliki kesamaan-kesamaan pokok dalam dunia politik itu sendiri, seperti: frustasi, kemarahan, dan perasaan tak aman.
Site De Rencontre Ab Coeur. Kelas IX 3 SMP Pelajaran IPS SejarahKategori Perang Dunia IIKata Kunci Fasisme, Militerisme, JepangFasis Militerisme di Jepang muncul karena beberapa faktor, antara lain► Faktor Militer. Jepang berpikiran untuk menjadikan daerah jajahan sebagai benteng alam untuk melindungi dari serangan musuh.► Faktor Kependudukan. Jepang beranggapan dengan memiliki wilayah jajahan maka sebagian penduduknya bisa pindah ke wilayah tersebut.► Faktor Ekonomi. Restorasi Meiji membuat Jepang tampil sebagai Negara industri yang maju. Jepang kemudian berpikir untuk memperluas wilayah jajahan untuk mendukung kepentingan industrinya.► Faktor Kepercayaan. Jepang menganut paham atau semangat HAKKO ICHIU yang berakar pada ajaran Shinto. Paham ini beranggapan bahwa seluruh penduduk dunia adalah saudara atau satu keluarga dan Dewa Matahari menunjuk Jepang sebagai pemimpin dunia. Dengan paham ini Jepang pun menjadi fasis dan berambisi untuk menguasai dunia dimulai dari kawasan memahami materi ini, silahkan simak penjelasan pada tautan berikut Pengertian Fasis Negara Fasis
PembahasanLatar belakang fasisme di Jepang mengalami sedikit perbedaan dengan yang ada di Jerman dan Italia. Rezim fasisme di Jepang lahir bukan karena krisis ekonomi dan politik, melainkan untuk menjamin keberlangsungan pertumbuhan ekonomi yang sudah tercipta sejak Restorasi Meiji. Dengan memperluas wilayah kekuasaan, Jepang dapat memastikan tersedianya sumber bahan mentah, pasar, serta akses pelayaran. Hal itulah yang mendorong ambisi Jepang untuk menguasai Asia Timur Raya. Sedangkan fasisme di Jerman dan Italia lahir karena rakyat menganggap pemimpin yang telah terbentuk melalui proses demokrasi tidak mampu mengatasi krisis ekonomi serta memulihkan martabat dan kejayaan bangsa. Di tengah kondisi tersebut muncul sosok yang berjanji akan mengatasi segala kegelisahan rakyat. Mereka adalah Adolf Hitler di Jerman dan Bonito Mussolini di Italia. Keduanya bertekad, membangun kejayaan negara tidak saja melalui pembangunan ekonomi, tetapi juga melalui ekspansi wilayah. Menurut para pemimpin fasis, tujuan tersebut tidak dapat tercapai melalui proses demokrasi, tetapi melalui pemusatan kekuasaan pada tangan satu orang di Italia pada “Il Duce” Mussolini dan di Jerman pada “Fuhrer” belakang fasisme di Jepang mengalami sedikit perbedaan dengan yang ada di Jerman dan Italia. Rezim fasisme di Jepang lahir bukan karena krisis ekonomi dan politik, melainkan untuk menjamin keberlangsungan pertumbuhan ekonomi yang sudah tercipta sejak Restorasi Meiji. Dengan memperluas wilayah kekuasaan, Jepang dapat memastikan tersedianya sumber bahan mentah, pasar, serta akses pelayaran. Hal itulah yang mendorong ambisi Jepang untuk menguasai Asia Timur Raya. Sedangkan fasisme di Jerman dan Italia lahir karena rakyat menganggap pemimpin yang telah terbentuk melalui proses demokrasi tidak mampu mengatasi krisis ekonomi serta memulihkan martabat dan kejayaan bangsa. Di tengah kondisi tersebut muncul sosok yang berjanji akan mengatasi segala kegelisahan rakyat. Mereka adalah Adolf Hitler di Jerman dan Bonito Mussolini di Italia. Keduanya bertekad, membangun kejayaan negara tidak saja melalui pembangunan ekonomi, tetapi juga melalui ekspansi wilayah. Menurut para pemimpin fasis, tujuan tersebut tidak dapat tercapai melalui proses demokrasi, tetapi melalui pemusatan kekuasaan pada tangan satu orang di Italia pada “Il Duce” Mussolini dan di Jerman pada “Fuhrer” Hitler.
Pelopor fasisme di negara Jepang adalah? Kaisar Hirohito Jenderal Hitoshi Imamura Perdana Menteri Hideki Tojo Perdana Menteri Koiso Perdana Menteri Tanaka Sesuai, kunci jawaban yang paling tepat adalah A. Kaisar Hirohito. Berdasarkan hasil vote dari 891 responden setuju jawaban A benar, dan 0 orang setuju jawaban A salah. Pelopor fasisme di negara Jepang adalah kaisar hirohito. Pembahasan dan Penjelasan Jawaban A. Kaisar Hirohito Tarra, menurut saya, ini adalah jawaban yang benar, dan paling tepat untuk menjawab pertanyaan diatas. Jawaban B. Jenderal Hitoshi Imamura Menurut saya, jawaban ini salah, karena jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan yang ada. Jawaban C. Perdana Menteri Hideki Tojo menurut saya ini juga salah, karena dari buku yang saya baca ini tidak masuk dalam pembahasan. Jawaban D. Perdana Menteri Koiso Jawaban ini salah, menurut saya jawaban ini tidak tepat untuk menjawab pertanyaan diatas, jadi ini jawaban yang salah.. Jawaban E. Perdana Menteri Tanaka Sesuai dengan pertanyaan diatas, jawaban pada pilihan ini kurang tepat, jadi jawaban ini salah.. Kesimpulan Berdasarkan Pembahasan dan Penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kunci jawaban yang paling tepat yaitu A. Kaisar Hirohito Semoga jawaban dari kami bisa membantu kalian semua. Jika ada yang ditanyakan langsung di kolom komentar ya!. Terimakasih atas kunjungannya. Profil Penulis Update Terbaru
- Pada awal abad ke-20, penguasa Jepang dihadapkan pada menjamurnya gerakan kiri dalam berbagai macam bentuk, mulai dari pemberontakan petani, protes buruh, sampai penyebaran sosialisme melalui publikasi tulisan para intelektual kampus. Menurut Andrew Gordon dalam A History of Modern Japan 2014 167, kemunculan gerakan kiri terutama diinspirasi oleh kebangkitan komunisme selama Revolusi Rusia 1917, di samping respons terhadap ekspansi ekonomi kapitalis Jepang, semakin terjangkaunya akses pendidikan, dan idealisme politik. Yamakawa Hitoshi, Sakai Toshihiko dan Arahata Kanson mencita-citakan revolusi proletariat. Terinspirasi Bolshevik, ketiganya mendirikan Partai Komunis Jepang JCP dengan dukungan Komunis Internasional Komintern pada 1922. Namun demikian, JCP tidak pernah ada di mata pemerintah Jepang kala itu kecuali sebagai gangguan belaka. Kehadirannya dianggap mengusik tertib politik yang mengaggungkan kepatuhan terhadap kekaisaran dan militer. Pada 1925 pemerintah menegakkan undang-undang untuk mempertahankan ketertiban sosial, sebagai dalih untuk menggiring para intelektual kiri ke balik jeruji besi dan memaksa mereka membuang jauh-jauh ideologinya. JCP otomatis menjadi organisasi karya-karya sosialis tetap tumbuh subur. Sepanjang “dekade merah” dari 1920-an sampai 1930-an, sastra proletar hadir memberi warna pada lanskap budaya dan politik di Suara Perempuan Miyamoto Yuriko 1899-1951 adalah salah satu figur intelektual perempuan Jepang, seorang Marxis, dan feminis. Sebagaimana komunis zaman itu, ia terinspirasi Revolusi Oktober beserta cita-cita masyarakat tanpa kelas. Ia bertemu dengan orang-orang Rusia dan terkesan oleh cara mereka mendorong emansipasi politik dan ekonomi bagi kaum perempuan. Miyamoto pun memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya untuk dunia sastra proletar, terutama demi mengangkat isu-isu perempuan kelas pekerja sebagai Chūjō Yuriko, Miyamoto besar dalam keluarga priyayi yang tak pernah mengenal hidup susah. Ayahnya adalah arsitek lulusan Universitas Tokyo yang kerap bertugas ke luar negeri, sementara ibunya adalah seniman sekaligus putri intelektual era Meiji bernama Nishimura Shigeki. Sejak muda, Miyamoto sudah terpapar banyak bacaan, mulai dari tulisan sastrawan kenamaan Jepang, Natsume Sōseki, sampai karya terjemahan Leo Tolstoy. Kesadaran Miyamoto akan ketimpangan kelas dan keprihatinannya terhadap kemiskinan mulai terpupuk sejak kecil. Kerap berlibur ke rumah keluarganya di Fukushima, ia mengamati para buruh yang bekerja untuk lahan pertanian kakeknya. Pengamatan tersebut dituangkan dalam tulisan berjudul “Desa Pertanian”. Ketika berusia 17 tahun, Miyamoto menulis ulang karyanya tersebut dengan judul “Sekelompok Orang Malang”. Naskah tersebut menarik perhatian kolega ayahnya, Tsubouchi Shōyō, profesor sastra di Universitas Waseda. Dengan rekomendasi Tsubouchi, tulisan Miyamoto berhasil diterbitkan di jurnal sastra bergengsi Chūō Kōron. Tak lama kemudian, Miyamoto ikut ayahnya dinas ke New York City dan menjadi mahasiswa tamu di Columbia University. Di sana, ia jatuh cinta dengan seorang Jepang, ahli linguistik Persia kuno bernama Araki Shigeru. Tanpa restu orangtua, Miyamoto menikah dengan Araki. Pernikahan tersebut dipandang Miyamoto sebagai pelarian dari tekanan orangtua dan gerbang menuju kemandirian. Selama ini, ia merasa dituntut oleh ibunya untuk mengejar karier setinggi-tingginya dan menikahi laki-laki mapan. Namun, tak butuh waktu lama buat Miyamoto untuk menyadari bahwa kehidupan pernikahan tidak menawarkan kebebasan dan kebahagiaan seperti yang didambakannya. Ia terutama menyadari bahwa Araki berasal dari latar belakang sosio-ekonomi berbeda. Akibatnya, Araki cenderung merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki. Sedangkan Miyamoto selalu merasa tak puas dan ingin terus tumbuh. Di buku hariannya tertanggal 23 April 1922, Miyamoto menulis, “[Araki] tidak akan berkembang, ia akan jadi biasa-biasa saja, semakin tua mungkin malah semakin kolot dan cemburuan". Bagi Miyamoto, jika dirinya sendiri bisa mengecilkan hasrat untuk berkembang, mungkin ia bisa menikmati hidup dan cukup menggantungkan hidupnya kepada seorang laki-laki. Di sisi lain, ia menyadari masalah ketergantungan perempuan kepada laki-laki dan mulai mengakui pentingnya bekerja serta memiliki penghasilan sendiri, supaya kelak terbebas dari dominasi ayah dan suami. Miyamoto pun bertanya-tanya, seperti apa rasanya jadi perempuan yang terjebak dalam kebuntuan hidup dan kemiskinan? Kegelisahan itu dituangkan dalam cerpen berjudul “Suatu Pagi Tanpa Mentari” 1924. Tokoh utamanya adalah seorang gadis teraniaya yang kehilangan ibunya sejak kecil dan tumbuh besar di bawah siksaan ibu tiri. Menginjak dewasa, ia bekerja sebagai asisten rumah tangga. Sempat dijodohkan dengan laki-laki berstatus sosial tinggi, ia gagal menikah. Akhirnya, ia menjemput masa tuanya sebagai buruh pabrik gula-gula, menjadi “seorang pelayan yang putus asa, seorang yang tak berarti tak berupa”. Melalui cerpen di atas, Miyamoto menyinggung cita-cita pernikahan yang konservatif di mana perempuan dipandang bisa menaikkan derajat sosialnya dengan menikahi laki-laki berstatus lebih tinggi. Pada waktu bersamaan, Miyamoto mulai menyoroti eksploitasi pekerja pabrik di Jepang yang semakin terindustrialisasi. Setelah bercerai dari Araki, Miyamoto menulis serial “Nobuko” 1924-1926 yang sedikit banyak berkaca pada pengalaman hidupnya. Dalam tulisannya, ia mengkritisi konsep pernikahan dalam masyarakat Jepang, termasuk berbagai pandangan dalam urusan rumah tangga dan sistem keluarga yang cenderung menghalangi anak perempuan dan istri untuk tumbuh menjadi individu yang merdeka. Infografik Miyamoto Yuriko & Komunisme Jepang. dengan Marxisme Pada mulanya, Miyamoto bukanlah penulis dengan afiliasi politik. Kritik-kritik sosialnya berangkat dari pengalaman pribadi sebagai perempuan dalam pusaran keluarga yang patriarkis dan konservatif di Jepang. Selama di Jepang, ia pun belum terpapar Marxisme. Miyamoto baru mengenal politik setelah menjalani kehidupan di Uni Soviet dan berkeliling Eropa sepanjang 1927-1930 bersama seorang penerjemah, Yuasa Yoshiko. Di Soviet, Miyamoto terkesan pada transformasi sosial yang melibatkan perempuan. Di negara sosialis pertama di dunia tersebut, Miyamoto memperhatikan bagaimana perempuan punya kesempatan untuk maju dan berdaya secara politik dan ekonomi, serta turut berkontribusi kepada kerja-kerja revolusi. Perjumpaannya dengan masyarakat Soviet yang egaliter akhirnya mendorong Miyamoto untuk menjadi seorang Marxis. Ia memutuskan untuk memperjuangkan perempuan dan keluarga kelas pekerja melalui karya sastra. Begitu kembali ke Jepang pada akhir 1930, ia bergabung dengan Liga Penulis Proletar Jepang dan aktif menulis di jurnal-jurnal perempuan. Tak lama kemudian, ia menjadi anggota Partai Komunis Jepang dan menikahi aktivis Miyamoto Kenji. Kehidupan suami-istri Miyamoto sarat penindasan aparat yang mengawasi gerak-gerik para aktivis kiri. Tak lama setelah menikah, suami Miyamoto dituduh membunuh polisi dan harus mendekam di penjara selama 12 tahun, tepatnya sampai 1945 ketika Amerika Serikat masuk ke Jepang dan membebaskan semua tawanan politik. Miyamoto sendiri bolak-balik masuk penjara. Ia sempat keluar penjara sebentar untuk menemani ibunya yang sekarat di rumah sakit. Di balik dinding bui pula ia mendengar kabar kematian sang ayah. Setelah menjadi anggota Partai Komunis dan menikah dengan aktivis partai, karya-karya Miyamoto mulai menampilkan tema yang berbeda, yakni peran revolusioner perempuan dalam keluarga proletar. Cerpen berjudul “Keluarga Koiwai” 1934, misalnya, mengisahkan dukungan seorang istri terhadap aktivisme suaminya yang berprofesi sebagai penulis. Dalam keterbatasan finansial, sang istri memutuskan mencari tambahan uang sebagai pelayan bar. Tokoh istri ini pula yang mendidik keluarga besarnya tentang pentingnya perubahan sosial di Jepang, agar kelak mereka bisa dapat akses kesehatan gratis dan hak-hak pekerja jadi lebih juga cerita berjudul “Payudara” 1935, salah satu karya Miyamoto yang memiliki pesan politik yang sangat kuat. Tokoh utamanya adalah seorang perempuan yang suaminya menjadi tawanan politik. Sang istri mendirikan tempat penitipan bagi anak-anak pekerja pabrik dan terlibat dalam gerakan buruh untuk menyokong kesejahteraan keluarga dipahami bahwa cerpen-cerpen Miyamoto berusaha menampilkan tokoh perempuan sebagai bagian dari kelas pekerja yang terlibat dalam kerja-kerja mencapai revolusi sosial. Seperti disorot oleh Angela Coutts 2012 dalam studi berjudul “Imagining Radical Women in Interwar Japan Leftist and Feminist Perspectives”, jurnal-jurnal sastra yang berafiliasi dengan gerakan komunis di Jepang kala itu memang minim akan kontribusi perempuan, termasuk publikasi tentang aktivisme perempuan Jepang. Kehadiran Miyamoto bersama kolega perempuannya, seperti salah satunya Sata Ineko, bisa sedikit mengimbangi dominasi pemikir laki-laki. Di satu sisi, pemikiran Miyamoto tidak bebas dari kritik. Seperti diamati oleh Coutts, Miyamoto adalah pemikir yang cenderung mengutamakan kelas daripada gender. Di mata Miyamoto, perempuan menjadi bagian dari kelompok kelas pekerja dan kaum proletar, alih-alih sebagai kelompok sosial yang independen dengan hasrat dan cita-cita politis tersendiri. Terlepas dari itu semua, kontribusi Miyamoto dalam dunia sastra proletar adalah warisan penting. Melalui karyanya, Miyamoto terutama berpesan kepada kaum pekerja Jepang, bahwa perempuan bisa punya inisiatif dan aktif berkarya untuk memperjuangkan perubahan sosial yang dekade 1930-an, ketika Jepang politik ekspansionis Jepang menyapu seluruh Asia, dan fasisme menghendaki kepatuhan rakyat 100 persen kepada kaisar dan para jenderal, kita tahu apa yang umumnya terjadi pada kaum komunis, musuh bebuyutan fasis sepanjang massa. Sebagian besar komunis Jepang mati atau meringkuk di penjara. Sisanya eksil. Kerja-kerja Miyamoto hingga akhir hayatnya ia meninggal pada 1951 adalah kerja-kerja penuh keberanian. - Sosial Budaya Penulis Sekar KinasihEditor Windu Jusuf
Segala sesuatu yang identik dengan Jepang selalu menjadi pelopor tren di Asia. Wajar saja hal tersebut terjadi dikarenakan Jepang termasuk negara maju di kawasan Asia. Bahkan beragam produk Jepang selalu mudah menyebar luas di kawasan negara lain. Beragam produk Jepang tersebut mulai dari teknologi, mobil dan fashion. Sebagai negara maju, Jepang menjadi role model dari berbagai negara lainnya khususnya di Asia. Termasuk fashionnya yang unik sehingga mudah menyebar luas pada kawasan negara lainnya, tidak hanya di Asia tetapi juga hingga Eropa. Salah satu tren nya adalah harajuku. Bahkan banyak negara lain yang mengadopsi gayanya. Daftar Isi Sejarah Fashion di Jepang Tren Fashion di Jepang Ciri Khas Fashion di Jepang Adanya Klub Pecinta Fashion Jepang Sejarah Fashion di Jepang Seperti pada negara lainnya saat zaman purba banyak yang menggunakan pakaian dari kulit binatang yang sederhana, bahkan tidak ada mode sama sekali. Barulah memasuki abad pertengahan mengenal kimono. Kimono menjadi fashion di Jepang yang orisinal. Hingga saat ini, kimono menjadi baju tradisional Jepang. Dari kimono tersebut lahir pakaian kimono bangsawan yang disebut sebagai junihitoe. Pada abad pertengahan, junihitoe disebut sebagai pakaian yang mewah dan mahal. Pakaian ini sejenis kimono, hanya dipakai berlapis-lapis. Maka dari itu, disebut sebagai kimono 12 lapis, dan hanya digunakan oleh kalangan bangsawan serta keluarga lerajaan. Masih pada abad yang sama, dalam mode pakaian lain bangsawan, lain juga rakyat biasa. Di abad pertengahan tersebut, rakyat biasa menggunakan kosode. Pakaian ini sejenis kimono yang terbuat dari kain linen. Untuk membedakan dengan baju yang dipakai bangsawan, terlihat dari warna dan coraknya. Barulah ketika memasuki perang dunia ke II, tren berpakaian di Jepang lebih berkembang pesat dan dinamis. Hal ini dikarenakan interaksi Jepang dengan dunia luar cukup intens. Dengan demikian penggunaan kosode pun dimodifikasi dengan item busana lainnya. Begitu juga dengan warna dan corak yang digunakannya. Penggunaan warnanya lebih mencolok. Artikel Pilihan Tren Fashion di Jepang Perkembangan mode pakaian di Jepang cukup meningkat signifikan, dari hanya sebatas kimono hingga pakaian modern. Bahkan saat ini tren berpakaian gaya Jepang diikuti oleh banyak negara lainnya serta tidak jarang mereka pun mendirikan klub khusus untuk pecinta mode pakaian Jepang. Berikut ini daftar tren berpakaian ala Jepang yang banyak diminati 1. Harajuku Nama model pakaian ini diambil dari sebuah tempat di Tokyo. Tepatnya di dekat stasiun JR Harajuku, di distrik Shibuya. Kawasan tersebut menjadi tempat berkumpul anak-anak muda pecinta seni. Bentuk kecintaan seni nya tersebut diaplikasikan dalam mode berpakaian dan terlahirlah nama Harajuku, karena dari kawasan tersebut awal mula terlahir. 2. Cosplay Maraknya perkembangan anime di Jepang, membuat penggemarnya banyak yang ingin meniru kostum tokoh anime tersebut. Saking menggemari salah satu tokoh anime, penggemar anime tersebut rela untuk mencat warna rambutnya agar mirip dengan tokoh anime dengan menggunakan kostum anime favoritnya. 3. Gothika Lolita Mode pakaian ini memiliki ciri khas penggunaan model baju pada zaman Victoria di Inggris serta dilengkapi dengan ankle boots tebal. Tren ini berkembang di kalangan gadis Jepang pada tahun 90-an. Selain itu penggunaan warna pastel diaplikasikan pada warna pakaian, riasan, dan juga aksesoris, yang menjadi ciri khas menonjol pada mode pakaian tersebut. 4. Decora Dalam bahasa Jepang mode pakaian ini berarti imut atau kawaii. Ciri khas pakaian ini menggunakan warna yang cerah dan juga berwarna-warni. Dengan demikian dapat membuat pemakainya imut dan menggemaskan. Mode pakaian ini dibuat lebih girly. Selain itu, pemakai pakaian ini pun harus menirukan suara yang imut. 5. Visual Kei Pengguna model pakaian ini dikhususkan untuk lelaki. Terutama bagi mereka yang menyukai musik beraliran rock dan metal. Ciri khas yang lebih menonjol, terlihat pada gaya rambut dan riasan wajah yang identik dengan kesan maskulin dan gaya heavy metal. Pengguna pakaian ini disebut sebagai anak punk Jepang’. 6. Samantha Thavasa Bagi penggemar Hello Kitty, bisa mencoba gaya ini. Pada dasarnya nama Samantha Thavasa merupakan nama merk tas terkenal dan mewah di Jepang. Tas tersebut memiliki tokoh ikonik yaitu Hello Kitty. Karena kemewahannya, tas ini mampu menguasai pangsa pasar di Jepang dan menjadi item fashion para wanita. 7. Muji Mode pakaian ini diambil dari sebuah merek pakaian terkenal di Jepang. Diciptakan oleh Ryohin Keikaku, mode pakaian ini khusus diciptakan untuk pria yang ingin tampil dengan gaya casual namun tetap stylish dengan ciri khas celana khas Jepang. Pakaian ini pun diciptakan agar cocok dikenakan di segala suasana. Ciri Khas Fashion di Jepang Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, mode berpakaian khas Jepang senang memodifikasi dari tren mode pakaian yang telah lebih dulu terkenal. Sebagai contoh gothika lolita yang memiliki ciri khas pakaian era abad ke- 18 di Eropa dan dikombinasikan dengan sepatu boot dengan gaya tebal. Hal tersebut menjadi ciri khas gaya berpakaian di Jepang. Ciri khas lainnya dari segi penggunaan warna pakaian, Jepang senang menggunakan pakaian dengan warna yang saling bertolak belakang. Penggunaan warna cerah yang dikombinasikan dengan warna pastel menjadi ciri khas pakaian Jepang dari dulu hingga kini. Ciri khas lain yang mudah dikenali dari mode pakaian Jepang, yaitu senang menggunakan baju dengan model bertumpuk. Baik pakaian tradisional, seperti kimono dan model pakaian modern seperti harajuku selalu menggunakan model pakaian yang bertumpuk. Namun demikian tetap memberikan ciri khas yang unik bagi pemakainya. Tidak lupa dari segi penggunaan aksesoris pun, identik dengan aksesoris yang bertumpuk. Hal ini membuat Jepang memiliki ciri khas berpakaian yang berbeda dengan negara lainnya. Aksesoris yang digunakan mulai dari kepala, anting-anting dan juga gelang harus dilengkapi sebagai bagian dari mode pakaian ala Jepang. Adanya Klub Pecinta Fashion Jepang Mengingat Jepang menjadi salah satu negara yang menjadi kiblat mode, hal ini membuat banyaknya pecinta mode pakaian ala Jepang mendirikan klub khusus untuk penggemar mode pakaian Jepang. Bahkan tidak jarang, mereka pun seringkali saling bertukar informasi dan melakukan transaksi jual beli untuk item pakaian tersebut. Terlebih pada saat ini jumlah pecinta mode pakaian Jepang terus bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penggemar anime, manga dan dorama. Maka dari itu, terbentuknya klub pecinta fashion Jepang menjadi suatu wadah untuk saling bertukar informasi atas mode yang saat ini sedang hits di Jepang, sehingga tidak akan tertinggal informasi. Diantara anggota klub tersebut seringkali mengadakan pertemuan dan juga saling bertukar informasi atau sekedar saling memamerkan kostum kebangaannya masing-masing. Bahkan tidak sedikit yang berburu kostum dan aksesoris hingga ke luar negeri demi mendapatkan gaya ala Jepang. Setiap negara melakukan apresiasi yang berbeda-beda melakukan aktivitas dalam klub pecinta mode pakaian Jepang, termasuk di Jepang sendiri. Di Jepang perkumpulan anggota klub pecinta mode pakaian ala Jepang bertujuan untuk menambah keakraban antar sesama dan juga bertujuan untuk menunjukan berbagai aksesoris dan model pakaian terbaru. Sebagai negara maju, Jepang tidak hanya terkenal dengan budaya dan teknologinya saja. Fashion Jepang pun senantiasa banyak diikuti oleh negara-negara lainnya. Hal tersebut membuktikan pengaruh Jepang sangat kuat di dunia. Terlebih karena gaya berpakaian Jepang yang unik membuat menarik perhatian banyak negara lain. Baca juga Tokyo Style Street Fashion Seru untuk Anak Muda
pelopor fasisme di jepang adalah